MonWnews.com, – Situasi Laut China Selatan (LCS) memanas. Lusinan kapal milisi maritim China yang diklaim berpura-pura sebagai kapal penangkap ikan bergerak semakin dekat dengan wilayah Filipina, beberapa bulan terakhir.
“Saya mengkonfirmasi kehadiran kapal penangkap ikan China yang berkerumun di Iroquois Reef dan Sabina Shoal sejak awal tahun ini,” kata Kepala Komando Barat Filipina Wakil Laksamana Alberto Carlos.
“Kapal-kapal itu, seolah-olah untuk menangkap ikan, tetap berada di perairan,” tegas perwira militer paling senior yang mengawasi Laut Filipina Barat itu.
Menurutnya Filipina sudah melayangkan protes diplomatik. Ia mendesak kapal itu segera meninggalkan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina.
Mengutip The Star, masuknya China ke perairan dekat Filipina ini bukan baru. Di 2021, 200 kapal China juga terdeteksi di sana dan menolak tuntutan Filipina untuk pergi.
Hal itu merupakan buntut dari klaim China terhadap 90% Laut China Selatan (LCS). Itu juga membuat China bersitegang dengan banyak negara ASEAN lain di laut kaya sumber daya alam itu, seperti Vietnam, Malaysia dan Brunei.
Data yang sama juga ditunjukan Inisiatif Transparansi Maritim Asia (Amti). Bahwa kapal-kapal China telah tersebar di “titik-titik panas” Filipina termasuk Iroquois Reef.
Iroquois Reef terletak 237 km dari kota Rizal Palawa dan 148 km barat daya Recto (Reed) Bank. Daerah ini diyakini kaya akan minyak dan gas.
China sempat ingin melakukan eksplorasi bersama dengan Filipina di dalam ZEE negara tersebut sepanjang 370 km. Namun ini ditolak Manila.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintah sedang mencari cara lain untuk mengeksplorasi sumber daya karena sengketa maritim dengan Beijing telah menjadi “penghalang”. Ia dengan tegas mengatakan setiap eksplorasi energi bersama harus mematuhi undang-undang Filipina.
“Rata-rata 25 kapal dipantau di Iroquois Reef dari September hingga Desember tahun ini,” kata Carlos lagi.
“Di Sabina Shoal, 135 km Palawan, rata-rata terdapat 20 kapal selama periode yang sama. Kapal-kapal Cina biasanya hadir sesekali di beting dan dalam jumlah yang lebih kecil,” tambahnya.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan 172 protes diplomatik telah diajukan terhadap China pada 31 Agustus dan 388 selama pemerintahan mantar Presiden Rodrigo Duterte. Isinya mulai dari penangkapan ikan dan keberadaan kapal China secara ilegal, pelecehan terhadap nelayan Filipina dan lembaga penegak hukum serta penelitian ilmiah kelautan yang tidak sah. (Tim)