Balada Palagan Nasionalis

Aldian - Nasionalis Muda

Oleh: Aldian (Nasionalis Muda Potensial)

=============================

PERCIKAN api dalam tungku dinyalakan beberapa waktu lalu (03/10/2022) dimana partai NasDem telah resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.

Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di NasDem Tower, Jakarta Pusat. Perolehan suara yang hanya meraih 9,05 persen suara pada Pemilu 2019 membuat partai NasDem mencari ‘rekanan’ satu visi mengusung anies sebagai calon presiden pada pemilu 2024 dan sebagai upaya untuk memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden yaitu memiliki 25 persen suara sah nasional atau 20 persen kursi di DPR dengan mendengungkan riak deklarasi ‘Koalisi Perubahan’ yang pada rencananya akan dideklarasikan bertepatan pada peringatan hari pahlawan nasional 10 Nopember 2022 kemarin dengan membawa obor api semangat perjuangan tidak terdengar gema nya juga, Seolah menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kemana arahnya.

Pernyataan ‘setelah ini jatah Prabowo’ yang disampaikan oleh Presiden Jokowi sempat meramaikan media dengan menggiring opsi pembentukan poros ketiga dalam kontestasi pilpres mendatang. Pernyataan yang disampaikan disaat memberikan sambutan di acara HUT Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat pada Senin (07/11/2022) kemarin diawali dengan mengenang masa pemilihan wali kota Solo hingga gubernur DKI sampai diusung untuk maju pilpres dan dua kali berhasil memenangkan kontestasi politik tersebut dengan disertai meminta maaf kepada Prabowo Subianto sambil menyinggung jatah selanjutnya merupakan jatah Pak Prabowo seperti sebuah sandi morse yang rumit untuk dipahami dari ketidakpastian iklim politik menuju pilpres dan carut marutnya perekonomian nasional yang belum pulih akibat dari resesi global dan pandemi.

Di satu sisi, Drama kira nya masih hangat dipertontonkan PDI Perjuangan yang mewakili suara kaum nasionalis ditambah dengan Isu klasik yang masih santer dipertontonkan media terkait pencalonan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mana juga sebagai kader dari partai PDI Perjuangan seolah tertahan untuk ‘unjuk gigi’ dan mendapatkan sanksi disiplin yang dijatuhkan karena dalih “dianggap melangkahi wewenang Megawati Soekarnoputri soal pencalonan Presiden di 2024”.

Sebagai satu-satunya partai yang mampu mengusung calon presiden tanpa ‘rekanan’ koalisi pada pemilu mendatang tampaknya masih bersikukuh mengusung Puan Maharani sebagai capres. Itu pun bahkan meski Ganjar memiliki elektabilitas mumpuni sebagai kandidat RI-1 dan kerap bersaing ketat dengan Prabowo dan Anies.

Sebagai partai penguasa yang mencoba menjadi sutradara untuk mempertahankan kekuasaan dengan riak ombak yang dibangun melalui narasi pencalonan ganjar atau pun puan seolah mempertontonkan sebuah palagan yang terkesan membuat reaksi kaum nasionalis menjadi ‘simpang’ dan memunculkan Gaduh bagi para pendukung setia nya, yang pada akhirnya harus memilih satu dari opsi tersebut. dengan menggiring narasi target kunci “Ganjar”.

Cepat atau lambat Drama Palagan Nasionalis akan berakhir dengan ‘MengGanjar Puan atau DiGanjar Puan’ atau tidak kedua nya melalui upaya pemilihan opsi ketiga yang akan dibuktikan oleh waktu yang kemudian ditutup dengan ‘Rekomendasi ketua umum’.

Jika Palagan Ambarawa mampu diredam waktu selama 27 hari entah Palagan nasionalis ini sampai kapan akan diredam oleh waktu yang terpenting tidak pada saat momen genting seperti sepuluh tahun lalu yang dipertontonkan partai Demokrat melalui sebuah konvensi hingga kehilangan relevansi nya dan berupaya bangkit kembali saat ini.

Momentum dari sebuah ornamen gejolak masyarakat bawah yang lebih membutuhkan solusi konkrit dibawah payung ancaman kenaikan pajak, BBM, Pangan dan PHK Massal pada tahun-tahun mendatang jauh lebih berpengaruh dalam menentukan seleksi kualitas pemimpin masa depan yang unggul disaat strategi politik identitas yang tampaknya mulai ditinggalkan akibat dari masyarakat yang mulai bijak dan cerdas dalam menyikapi hoax di era digital dan milenial yang semakin inovatif disertai sikap acuhnya terhadap pemilu akan menjadi ancaman nyata pilar demokrasi yang sangat menarik untuk menggaungkan ‘GOLPUT’.

Jika jalan sudah di bangun menyambung dari sabang sampai merauke, Apa yang akan dibangun selanjutnya..?? Yang jelas bukan sebuah Palagan saja.!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *