MonWnews.com, Surabaya – Anda mungkin sudah membayangkan dan mengukur posisi tim sukses caleg merupakan sisi yang harus sangat diperhatikan secara serius untuk menembus kabut pekat persaingan pemilu. Mereka memiliki posisi kunci untuk memenangkan.
Seperti yang sudah Anda maklumi keberadaannya. Peranan Tim Sukses dalam pemilihan Umum (Presiden , Gubernur, Bupati/Walikota), Bahkan hingga ke tingkat pemilihan Kepala Desa dan karang taruna, merupakan ujung tombak bagi kandidat untuk menang Pemilu.
Yang sangat tampak adalah tanpa tim sukses yang baik dan solid, kelihatannya sulit bagi calon kandidat untuk bisa meraih suara dari masyarakat. Inilah pekerjaan rumah politik bagi Caleg dalam menghadapi pemilu.
Banyak hal yang dilakukan Caleg melalui Tim Sukses, tidak akan lepas publikasi yang giat kepada masyarakat umum, berharap mendapat apresiasi masyarakat luas.
Tentu sudah disadari pula, tim sukses mengatur strategi komunikasi politik sehingga visi dan misi yang dijanjikan dapat didengarkan dan diterima publik dan basis dukungannya.
Dalam proses sosialisasi keliling, turun lapangan, perkenalan caleg kepada masyarakat, tim sukses sangatlah menentukan.Tim sukses adalah ujung tombak untuk merebut hati rakyat.
Namun, hati-hati, tim sukses yang kontra produktif sangat membahayakan. Dua pengalaman dalam kasus pemilu legislatif 2009 dan Pilkades diharapkan jadi pelajaran penting untuk caleg dalam memilih dan menyeleksi TIM SUKSESnya. Kami mengistilahkannya “CALO POLITIK”.
Peristiwa ini menimpa pada orang yang sama. Ditemukan dari pengamatan sederhana kami di lapangan. Dan dua kali pencalonan itu selalu kalah. Inilah bagaimana potret memilih Tim Sukses yang sembarangan. Asal Comot. Seperti berikut ini:
1. Tim sukses ini, tidak pernah menujukkan secara tegas bahwa ia mendukung sang kandidat. “Milih boleh siapa saja.” Dari pembicaraannya, ia tidak punya kepercayaan diri untuk menujukkan dirinya berada di pihak siapa, padahal semua orang tahu ia berada di pihak sang kandidat. Anehnya ia tidak pernah menunjukkannya dengan tegas.
2. Tidak pernah memanfaatkan kesempatan saat berkumpul dengan rekan-rekannya untuk menyampaikan, setidaknya, permintaan bantuan, pada saat hari H, mereka memilih sang kandidat.
3. Kebanyakan waktu, hanya duduk di rumah sang kandidat, kumpul dengan orang-orang yang hampir tiap waktu datang ke rumah sang kandidat.
4. Tim Sukses tersebut, sangat kentara terlihat tidak punya konsep marketing politik, sama sekali. Anehnya masih saja dipelihara. Mungkin ada kualitas tertentu yang dilihat sehingga orang ini tetap dipilih menjadi tim sukses.
5. Tim sukses itu, terlihat semangat saat ketika dikasih uang jalan, atau uang operasional. Ada uang baru bergerak. Disuruh baru bergerak, seperti goong, yang baru berbunyi setelah ada yang memukul.
6. Tim Sukses itu, apa-apa minta ongkos. Tak ada ongkos tak bergerak. Bergerak hanya asal terlihat tidak diam.
7. Tidak ada jalur komunikasi yang jelas, Tidak ada ring yang jelas, sehingga sang kandidat sangat mudah di manfaatkan oleh orang-orang yang tiba-tiba mengaku- aku mendukung dirinya. Yang ujung-ujungnya minta ongkos atau minta opersional untuk kegiatan pendukungannya.
8. Tim sukses kelihatan ada gerak program berkeliling, di malah hari H, itu pun saat bagi-bagi uang saja, selebihnya tidak tampak. Suatu saat dimalam hari H pemilihan, seorang TIM SUKSES ditugaskan untuk membagikan Amplop. Setelah beberapa hari diketahui ia belanja beberapa furnitur rumah. Kometar orang bermacam-macam bernada miring. “Wah ia dapat uang besar rupanya, soalnya tumben belanja perlengkapan rumah.” Kemudian terdengar kabar, tidak semua amplop dibagikan sesuai rencana. Dan Amplop diganti, sementara jumlah isi amplopnya dikurangi.
Hasil pemilihan mengatakan, Setelah selesai perhitungan, suara di lokasi TPS tempat untuk bagi-bagi uang, yang ditargetkan mendapat ratusan pemilih, buktinya, hanya dapat belasan. KEMANA uang itu larinya. Kemana target pemilih itu memberikan suaranya.
Setidaknya, ada dua kemungkinan jawabannya:
Pertama, Kemungkinan uang itu tidak di bagikan. Kedua, Kemungkinan orang yang di kasih uang, ternyata memilih kandidat lain yang ternyata memberikan uang lebih besar.
Seperti inikah TIM SUKSES yang Anda harapkan? Pengorbanan waktu, uang, tenaga, dan pikiran, ternyata sia-sia. Terbuang begitu saja. (Tim**)