SAMANHUDI ANWAR… Catatan yang Tercecer

"Jauh lebih mudah mengubah dan merekayasa atom-atom plutonium daripada mengubah sifat jahat yang berdiam di dalam diri manusia." (Albert Einstein)

Tersangka otak perampokan Samahudi Anwar

Oleh: Retno Triani Soekonjono (Cucu Ibu Soekarmini)

===============================

Merdeka ! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Beberapa stasiun TV, Jum’at tanggal 27 Januari 2023, menyiarkan secara berulang – ulang berita tentang Samanhudi mantan Walikota Blitar.
Bukan berita positif dan hebat layaknya perilaku mantan pejabat, melainkan berita negatif dan memalukan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang mantan pejabat.

Mantan Walikota Blitar Samanhudi ditangkap oleh POLRI karena menjadi otak perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar Santoso.

Karier politik Samanhudi Anwar dimulai dengan bergabungnya ia ke PDI-Perjuangan di kota Blitar.

Tak bisa dipungkiri, Samanhudi adalah sosok binaan mantan Walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat (Thn 2000-2010) di PDIP khususnya di kota Blitar yang dimulai dari jabatan Ketua Satgas PDIP Blitar.

Sebagai binaan yang taat, karir Samanhudi melejit dengan cepat dan cemerlang.

Namun kepribadian Samanhudi yang asli tidak banyak diketahui orang karena Ia mampu menutupinya dengan “topeng kebaikan”, sampai akhirnya terbuka dengan sendirinya.

Sebagai ketua satgas partai besar dan tangan kanan Walikota Blitar, Samanhudi sering bertindak arogan.
Dia tidak segan menista dan menganiaya lawan politik dan orang-orang didalam partainya sendiri yang dianggap sebagai batu sandungan bagi perjalanan karirnya.

Sebagai kader partai yang loyal, jabatan bergengsi sebagai Ketua DPRD bisa dicapai Samanhudi dan akhirnya jabatan prestisius yang sangat didambakannya yaitu Walikota Blitar untuk tahun 2010- 2015 dengan segala daya upaya, ada dalam genggamannya.
Tongkat estafet Walikota Blitar berpindah dari Djarot Saiful Hidayat ke tangan Samanhudi Anwar.

Sebagai orang nomer 1 di Blitar, Samanhudi bisa berbuat sesuka hati dalam mengelola Kota Blitar, tidak peduli melanggar norma – norma kepatutan atau tidak.

Salah satunya, Ia dengan tenang dan lihainya melanggar kesepakatan bersama yang dibuat antara Walikota Blitar dengan keluarga Ibu Soekarmini yang tidak lain adalah kakak Bung Karno.

Seperti diketahui, karena kesulitan dalam pembiayaan perawatan Ndalem Gebang yang cukup luas, ahli waris Ibu Soekarmini menjual Ndalem Gebang yang bersejarah sebagai rumah keluarga Bung Karno kepada Pemerintah.
Dalam perjanjian jual – beli dicantumkan kesepakatan yaitu Walikota Blitar wajib menjaga Ndalem Gebang tetap sesuai aslinya.

Namun tidak membutuhkan waktu lama setelah Ndalem Gebang berpindah tangan, Samanhudi merubah Ndalem Gebang menjadi area komersiil dan bahkan merobohkan salah satu bangunan bersejarah yang menjadi rumah pertama orang tua Bung Karno.
Nuansa sejuk dan sakral ketika masih menjadi milik keluarga Ibu Soekarmini, berubah menjadi panas dan gaduh, bahkan seringnya Samanhudi mengadakan panggung dangdut di halaman belakang rumah. Ia juga menebang pohon buah-buahan yang rindang yang tumbuh di pekarangan Ndalem Blitar.

Tidak puas dengan itu semua, Samanhudi memakai salah satu bangunan di area Ndalem Gebang sebagai penginapan yang kumuh tidak profesional.

Air sumur yang dipakai oleh Ibu Soekarmini dan keluarga untuk konsumsi air minum sehari-hari dikomersiilkan, dijual dengan sebutan air keramat yang biasa diminum oleh Bung Karno.

Kebohongan demi kebohongan diciptakan untuk menarik orang agar mengunjungi “Istana Gebang”, sebutan baru bagi Ndalem Gebang yang diberikan oleh Pemkot Blitar.

Samanhudi sama sekali tidak peduli dengan perasaan ahli waris Ibu Soekarmini yang sangat sedih melihat kediaman nenek moyangnya yang penuh dengan sejarah berubah menjadi “pasar” yang hiruk pikuk sesuai dengan seleranya.

Sukses menjadi walikota periode pertama, Samanhudi mencalonkan diri lagi untuk menjadi walikota Blitar periode kedua.

Pemilihan umum Wali Kota Blitar 2015 dilaksanakan pada 9 Desember 2015 untuk memilih wali kota dan wakil wali kota Blitar periode 2016-2021. Pemilihan umum ini resmi dimenangkan oleh pasangan Muhammad Samanhudi Anwar dan Santoso yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan memperoleh suara fantastis mencapai 92,28% dari hasil rekapitulasi KPU Kota Blitar pada tanggal 2 Juli 2018.
Sungguh prestasi yang mengagumkan yang mampu diperoleh oleh seorang petugas partai PDIP.

Perilaku Samanhudi makin tidak terkendali, Ia punya hobi konyol yaitu menyebar uang di jalanan saat ada acara-acara yang melibatkan banyak massa berkumpul agar dicintai dan dipuja oleh masyarakat Blitar. Ia memiliki kekayaan yang cukup besar bagi seorang Walikota.

Namun sepandai-pandai membungkus yang busuk, akhirnya berbau juga.
Dengan tidak disangka-sangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Wali Kota Blitar saat itu, Muhammad Samanhudi Anwar sebagai tersangka terkait kasus suap proyek infrastruktur di daerah Kota Blitar, Jumat (8/6/2018) dinihari.
Dalam tingkat kasasi Samanhudi diputus bersalah dan baru bebas bersyarat dibulan Oktober tahun 2022.

Namun sekali lagi Samanhudi Anwar sosok kontroversial, pada hari Jum’at, 27 Januari 2023 mengejutkan kembali masyarakat indonesia dengan perilakunya yang sangat tidak terpuji.
Samanhudi Eks Wali Kota Blitar ditetapkan menjadi tersangka kasus perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar, Santoso yang dulu adalah wakilnya.

“Jauh lebih mudah mengubah dan merekayasa atom-atom plutonium daripada mengubah sifat jahat yang berdiam di dalam diri manusia.” (Albert Einstein)