Kasus Covid-19 di China Meledak Lagi

Monwnews.com, Kasus Covid-19 di China kian tak terbendung. Tidak hanya tenaga kesehatan di rumah sakit, mereka yang bekerja di rumah duka dan krematorium juga keteteran.

Seorang pejabat tinggi kesehatan China mengatakan bahwa negara itu sedang mengalami gelombang pertama dari tiga gelombang infeksi Covid yang diperkirakan terjadi musim dingin ini. Hal ini terjadi saat negara itu melonggarkan beberapa protokol Covid-19.

Epidemiolog Wu Zunyou mengatakan ia yakin lonjakan infeksi saat ini akan berlangsung hingga pertengahan Januari, sedangkan gelombang kedua kemudian akan dipicu oleh perjalanan massal pada Januari sekitar perayaan Tahun Baru Imlek selama seminggu yang dimulai pada 21 Januari.

“Lonjakan ketiga dalam kasus akan berlangsung dari akhir Februari hingga pertengahan Maret ketika orang kembali bekerja setelah liburan,” kata Wu dikutip BBC News, Senin (19/12/2022)

Meski begitu, Wu juga menambahkan bahwa tingkat vaksinasi saat ini menawarkan tingkat perlindungan tertentu terhadap lonjakan kasus. Ini, menurutnya, telah mengakibatkan penurunan jumlah kasus yang parah.

Secara keseluruhan, China mengatakan lebih dari 90% populasinya telah divaksinasi penuh. Namun, kurang dari separuh orang berusia 80 tahun ke atas telah menerima tiga dosis vaksin. Orang lanjut usia lebih mungkin menderita gejala Covid yang parah.

China telah mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri. Namun vaksin-vaksin itu tidak menggunakan teknologi mRNA seperti di negara lainnya dan memiliki hasil yang tidak begitu efektif.

Sementara itu, komentar Wu muncul setelah sebuah lembaga penelitian di AS melaporkan bahwa mereka yakin China dapat mengalami lebih dari satu juta orang meninggal akibat Covid pada tahun 2023. Ini dikarenakan gelombang peningkatan kasus ini.

Beijing sendiri sejauh ini belum secara resmi melaporkan kematian akibat Covid sejak 7 Desember, ketika pembatasan dicabut menyusul protes massal terhadap kebijakan nol-Covid. Itu termasuk diakhirinya pengujian massal.

Langkah pelonggaran ini sebagaimana dilansir CNBC, juga telah mendapatkan wanti-wanti dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Lembaga internasional itu mengatakan hal ini justru menimbulkan kekhawatiran karena rendahnya angka kekebalan warga yang nantinya mampu menaikan jumlah kasus harian.

“Selalu sangat sulit bagi negara manapun yang keluar dari situasi di mana Anda memiliki kontrol yang sangat, sangat ketat. China menghadapi waktu yang sangat sulit dan sulit,” papar juru bicara WHO Margaret Harris pekan lalu (tim)