MonWnews.com, Sragen – Institut Sarinah mengusulkan penyebutan Hari Ibu diganti menjadi ‘Hari Ibu Bangsa’. Hal itu disampaikan Endang Yuliastuti dalam Sosialisasi Pancasila yang diselenggarakan oleh BPIP bekerjasama dengan Rampak Sarinah Sragen pada Senin (5/12) di Pendopo Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
“Kongres Perempuan 1928 menegaskan bahwa gerakan perempuan di Indonesia dibangun karena kesadaran nasionalisme, kebangsaan. Tidak sama dengan Woman’s Day di Amerika yang berdasar Individualisme. Sehingga, Insitut Sarinah mengusulkan Hari Ibu disebut sebagai Hari Ibu Bangsa,” ujar Endang di hadapan ratusan peserta seminar yang mayoritas diikuti perempuan.
Hadir pada acara tersebut Kepala BPIP Prof KH Yudian Wahyudi, Wakil Kepala BPIP Karjono, serta Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida. Selain Institut Sarinah, narasumber yang lain adalah Guru Besar Sosiologi Fisip UI Prof Paulus Wirutomo dan Ketua PC NU Sragen Sriyanto.
Ketua Rampak Sarinah Sragen, Arfilisiana An Nafi, menyampaikan bahwa visi besar bangsa ini terletak pada pendidikan. Ibu dengan peran alamiahnya sebagai guru sekaligus perpustakaan pertama bagi keluarga menempati posisi sentral.
“Ibu adalah seluruh perempuan Indonesia tanpa terkecuali sehingga gagasan menjadikan Pancasila sebagai kepribadian bangsa kuncinya pada kaum ibu,” kata Arfisiana.
Sementara itu, Elfrida menyampaikan harapan bahwa kegiatan tersebut dapat memantik semangat para perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan dalam pembangunan karakter bangsa.
Prof Paulus Wirutomo lebih mengungkap perlunya organisasi perempuan untuk menjadi subyek dalam sosialisasi Pancasila. “Saya gembira Rampak Sarinah sudah bermunculan di berbagai wilayah dengan karakter dan agenda yang jelas yaitu kebangsaan, meneruskan perjuangan para faunding mothers 1928,” ungkap Prof Paulus melalui link zoom.
Pembicara kunci, Prof Yudian Wahyudi, menegaskan bahwa kegiatan Rampak Sarinah Sragen menjadi bukti bahwa perempuan tak hanya di sumur, kasur dan dapur saja, namun juga dalam pembangunan bangsa. “Pancasila menjamin kesetaraan gender. Tetapi ketimpangannya tidak akan terpecahkan tanpa peran laki-laki. Sehingga sepatutnya laki laki juga juga ikut mengatasi ketimpangan gender di bidang pendidikan, misalnya,” tegas Prof. Yudian.
Dalam sambutan tertulisnya, Eva Sundari sebagai Direktur Institut Sarinah mengharapkan kerjasama dengan BPIP dapat dilanjutkan dengan Rampak Sarinah di berbagai daerah lain. “Semua Perempuan Indonesia adalah memang Ibu Bangsa tetapi kesadaran ini perlu dibangunkan beriringan dengan sosialisasi Pancasila sebagai sumber ideologi dari Feminis Sosialis Indonesia,” kata Eva Sundari.