Dodi Ilham: Bongkar Kejahatan Kelompok Jimbaran, Jangan Bungkam Sejarah Kejahatan Ekonomi Orde Baru

Monwnews.com, Jakarta — Dodi Ilham, tokoh Eksponen 98, menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak melupakan sejarah kelam rezim Orde Baru (ORBA), terutama keterlibatan Kelompok Jimbaran yang selama ini bersembunyi di balik kekuasaan ekonomi dan politik nasional.

Menurut Dodi, kelompok yang belakangan dikenal secara mistis sebagai “9 Naga” hanyalah simbol ilusi. Faktanya, mereka adalah plutokrat yang membajak demokrasi dan merusak tatanan konstitusional negara. Mereka membentuk kartel bisnis yang menjelma menjadi konsorsium politik, dan terus memegang kendali kekuasaan siapa pun presidennya.

“Mereka bukan naga pelindung rakyat, tapi tikus-tikus busuk yang menggerogoti uang negara lewat monopoli proyek-proyek APBN,” tegas Dodi Ilham.

Membunuh Koperasi, Membangun Korporasi

Di bawah pengaruh Kelompok Jimbaran, rezim ORBA selama 32 tahun mengkerdilkan koperasi, yang sejatinya adalah bentuk ekonomi gotong royong dan perwujudan hak menentukan nasib sendiri (self-determination right) bangsa Indonesia. Kegagalan Koperasi Unit Desa (KUD) menjadi bukti bahwa koperasi hanya dijadikan alat simbolik tanpa ruh dan arah ekonomi kerakyatan yang sejati.

Sebaliknya, kelompok ini justru membesarkan korporasi dan membangun kartel-kartel ekonomi di segala sektor—dari pangan, energi, tambang, hingga distribusi—melalui tangan kekuasaan dan payung legal negara.

“Pancasila dijadikan dogma KUPER dengan Azas Tunggal melalui BP7 dan P4. Padahal, Pancasila digali dari akar budaya bangsa dan menempatkan koperasi sebagai pilar keadilan sosial,” ujar Dodi.

Fasisme Ekonomi Berbaju Demokrasi

Dodi menyebut Indonesia telah lama dikuasai oleh plutokrasi yang memperkosa demokrasi, sehingga berubah menjadi negara fasis terhadap rakyatnya sendiri. Demokrasi ekonomi yang seharusnya menjamin kesejahteraan, dibajak oleh kepentingan elite ekonomi-politik yang berselingkuh dengan negara.

“Kita dijajah oleh anak kandung bangsa sendiri. Ini bukan demokrasi konstitusional, ini fasisme oligarkis,” katanya.

Gelar Pahlawan Soeharto: Penipuan Kolektif?

Dodi juga menyoroti wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, menyebutnya sebagai upaya sistematis menutupi borok masa lalu.

“Jangan-jangan ini seperti anjing yang buang hajat lalu mencoba menutupinya dengan pasir. Ini penghinaan terhadap para korban dan pejuang Reformasi,” ujar Dodi.

Bangsa yang Amnesia Sejarah, Akan Mengulang Luka yang Sama

Dodi menyerukan agar semua generasi tidak melupakan sejarah Indonesia, termasuk sejarah rezim ORBA dan aktor-aktor ekonomi di baliknya. Ia menegaskan bahwa kejahatan ekonomi yang merampas hak rakyat adalah kejahatan kemanusiaan, dan karenanya harus diungkap serta diadili.

“Kalau kita diam, Kelompok Jimbaran akan terus bercokol di pusat kekuasaan. Kejahatan mereka harus dibongkar dan dibawa ke ranah hukum. Ini bukan dendam, ini bentuk cinta pada bangsa,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *