monwnews.com – Malang,- Dalam sebuah diskusi hangat bertajuk Merayakan Kebhinekaan, Merayakan Indonesia (Pancasila) pada hari Minggu 28 September 2025 berlangsung di Pendopo AB Center Malang.

Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur, Saifudin Zuhri, hadir sebagai narasumber dalam podcast LiniIndonesia.com.
Acara tersebut juga menghadirkan refleksi mendalam tentang pentingnya penguatan Pancasila bagi generasi milenial lewat kebhinekaan sebagai pilar utama persatuan Indonesia.
Pancasila sebagai Rumah Bersama juga ditegaskan dalam diskusi tersebut.
Saifudin menegaskan, di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan perbedaan, Pancasila tetap menjadi titik temu bangsa.
Menurutnya, Kebhinekaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan kekuatan besar yang membuat Indonesia mampu berdiri kokoh dan tegak hingga kini.
“Bangsa Indonesia ini beragam, dari Sabang sampai Merauke. Ada bahasa, budaya, suku, dan agama yang berbeda. Tetapi kita semua bisa bersatu karena ada Pancasila sebagai rumah bersama. Inilah yang harus terus kita rawat,juga oleh generasi milenial,” kata Saifudin dalam potchasnya.
“Krisis identitas dan intoleransi belakangan ini kerap muncul akibat melemahnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, Saifudin menyebutkan generasi muda harus menjadi garda terdepan untuk kembali menghidupkan semangat kebangsaan,” tambahnya.
Tantangan Kebhinekaan di Era Digital
Dalam diskusi itu, Saifudin juga menyoroti tantangan besar yang muncul di era digital. Dia berpendapat ,bahwa media sosial bisa menjadi alat pemersatu, tetapi sekaligus sumber perpecahan jika tidak dikelola dengan bijak.
“Banyak hoaks, dan ujaran kebencian, serta munculnya isu intoleransi yang beredar di dunia maya. Kalau generasi muda tidak kritis, mereka bisa terjebak pada narasi yang memecah belah. Di sinilah pentingnya literasi digital yang berlandaskan nilai Pancasila,” tegas pria berkacamata yang akrab dipanggil Fudin.
Saifudin juga memuji inisiatif dalam potchas LiniIndonesia.com yang menghadirkan ruang diskusi kreatif dan interaktif.
“Kalau bicara Pancasila hanya lewat seminar formal, generasi muda bisa merasa jauh. Tapi dengan podcast, pesan bisa lebih cair, lebih dekat, dan tetap bermakna,” ungkap Fudin.
Acara diskusi tersebut mengalir dengan santai, namun sarat makna. Pertanyaan-pertanyaan tajam dari host dibalas Saifudin dengan lugas, membahas mulai dari sejarah lahirnya Pancasila, tantangan kebangsaan saat ini, hingga cara sederhana merawat kebhinekaan di kehidupan sehari-hari.
(galih)












