Monwnews.com, Surabaya – Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Tahun 2021, Jawa Timur menempati urutan teratas sebagai provinsi dengan luas hutan mangrove terluas di Pulau Jawa. Total, Jatim memiliki luas hutan mangrove sebesar 27.221 Ha.
Dengan luasan tersebut, jika dipersentase, sebesar 48% dari hutan mangrove se-Jawa adalah hutan mangrove Jawa Timur. Dengan komposisi mangrove kerapatan lebat sebesar 47,26%, mangrove kerapatan sedang 46,08%, dan mangrove kerapatan jarang 6,66%.
Selain mangrove eksisting yang sudah ada, berdasarkan sumber data yang sama Jawa Timur juga memiliki potensi mangrove terluas se-Jawa dengan 51.557 Ha atau sekitar 35%.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, keaktifan menanam mangrove sengaja dilakukan sebagai upaya nyata Pemprov Jatim bersama seluruh elemen di Jatim dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca.
“Menanam mangrove adalah upaya kita bersama untuk mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060. Alhamdulillah dengan terus menanam di sangat banyak titik di kabupaten kota di Jatim, saat ini hutan mangrove Jatim merupakan yang terluas di Pulau Jawa,” tegas Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Kamis (19/1/2023).
Lebih lanjut Khofifah menjelaskan, berdasarkan hasil studi para ilmuwan, sumber emisi di Indonesia terbesar berasal dari sektor kehutanan terkait perubahan fungsi hutan dan lahan. Selain itu juga sektor energi, pertanian, indutri dan penggunaan produk serta limbah.
Berdasrkan data BPS Tahun 2019, sektor kehutanan memberikan kontribusi emisi sebesar hampir 925 Juta ton CO2e. Sementara penggunaan energi sebesar 638,81 Juta ton CO2e, limbah 134,12 Juta ton CO2e, pertanian 108,60 Juta ton CO2e dan industri serta penggunaan produk sebesar 60,18 Juta ton CO2e.
Dengan kondisi tersebut, ditegaskan mantan Menteri Sosial ini, menanam mangrove adalah upaya yang tepat. Pasalnya tanaman mangrove sangat efektif untuk menyerap karbon dibandingkan tanaman lain.
“Serapan karbon dari ekosistem mangrove menjadi hal yang sangat penting dalam rangka pencapaian penurunan emisi gas rumah kaca. Mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbon 4 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan tanaman pada hutan tropis di daratan,” tegasnya.
Upaya Pemulihan Ekosistem
Sejauh ini, Pemprov Jatim telah terus berupaya melakukan pemulihan ekosistem mangrove dalam rangka mitigasi perubahan iklim dengan melakukan penanaman mangrove di Jawa Timur.
Tercatat dari Tahun 2020-2022 telah dilaksanakan penanaman mangrove di pesisir Jawa Timur melalui dana APBD, APBN, dan penanaman mangrove oleh Gubernur bersama para pihak seluas 1.516,57 Ha atau sejumlah 5.662.418 batang bibit mangrove.
Selain aksi penanaman yang dilakukan, Gubernur Khofifah juga turut mengimbau para pihak untuk ikut berperan serta dalam pemulihan ekosistem mangrove.
Secara khusus ia bahkan telah menerbitkan Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 522/367/123.5/2022 yang ditujukan kepada Pimpinan BUMN/BUMD/BUMS dan Lembaga Masyarakat serta Surat Edaran Gubernur Jawa Timur Nomor 522/368/123.5/2022 yang ditujukan kepada Bupati/Walikota Se-Jawa Timur untuk memaksimalkan pemulihan ekosistem mangrove.
Wujud kolaborasi dan sinergi para pihak ditunjukkan dengan gelaran Festival Mangrove Jawa Timur yang telah dilaksanakan pada Tahun 2022 sebanyak 2 kali di Penunggul Mangrove Park, Kabupaten Pasuruan dan Kampus Politeknik Madura, Kabupaten Sampang.
“Meski hutan mangrove Jatim telah menjadi yang terluas se Jawa, namun kita akan terus melakukan penanaman dan pemulihan ekosistem mangrove kita. Pada awal tahun 2023 ini, kita akan menyelenggarakan Festival Mangrove Jawa Timur ke –III yang rencananya akan dilaksanakan pada Pulau Lusi dan Wisata Bahari Tlocor, Kabupaten Sidoarjo,” pungkas Gubernur Khofifah. (kj)