Monwnews.com, Harga minyak mentah dunia pekan ini menguat setelah Rusia mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi minyak bulan depan sebagai bentuk perlawanan kepada blok Barat yang memberlakukan batasan harga minyak mentah dan bahan bakar negara itu.
Minyak mentah acuan global Brent membukukan kenaikan mingguan sebesar 8,1%, sementara WTI naik 8,6% dalam sepekan.
Wakil Perdana Menteri Alexander Novak menyatakan Rusia berencana untuk mengurangi produksi minyak mentahnya pada bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari produksi saat ini.
Upaya menaikkan harga lewat pemotongan produksi menunjukkan bahwa pembatasan harga dan larangan Uni Eropa baru-baru ini terhadap produk minyak Rusia, yang mulai berlaku pada 5 Februari, dampaknya mulai dialami oleh Rusia.
OPEC sebagaimana dilansir CNBC Minggu (12/2/2023) tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak.
Sebelumnya, harga minyak mentah global sempat melesat pasca gempa bumi yang melanda Turki awal pekan ini ditakutkan akan merusak jaringan pipa dan infrastruktur lainnya secara serius dan berpotensi menurunkan pasokan minyak mentah dari pasar global.
Akan tetapi Turki mengkonfirmasi jika pasokan tetap aman meskipun terjadi gempa dahsyat dan sempat membuat harga minyak terkoreksi tipis pada perdagangan Kamis (9/2/2023).
Meski menguat tajam pekan ini, kekhawatiran akan prospek ekonomi masih dapat menekan kinerja harga minyak mentah global, dengan lemahnya data permintaan dari China dan kekhawatiran terjadinya resesi di Amerika Serikat. Selain itu, kenaikan klaim pengangguran mingguan AS dan persediaan minyak yang lebih tinggi juga membatasi kenaikanharga.
Stok minyak mentah AS naik minggu lalu menjadi 455,1 juta barel, tertinggi sejak Juni 2021, menurut laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) pertengahan pekan ini.
Sejumlah analis juga merevisi target harga minyak mentah tahun ini. Goldman Sachs menurunkan perkiraan harga Brent 2023 menjadi US$ 92 per barel dari US$ 98 dan perkiraan harga 2024 menjadi US$ 100 dari US$ 105.
Sementara itu, pejabat OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa minyak dapat melanjutkan relinya pada tahun 2023 karena permintaan China pulih setelah pembatasan COVID dibatalkan dan kurangnya investasi membatasi pertumbuhan pasokan dan memungkinkan harga kembali ke US$ 100 per barel. (tim)