Monwnews.com, Akhir-akhir ini… cuaca terasa berbeda. Beberapa hari lalu, langit seperti berubah nada. Hujan dan angin datang silih berganti, menyisakan jejak keanehan di setiap arah.
Dan kemarin… semuanya tiba-tiba berhenti. Tapi bukan berarti sudah selesai. Angin yang telah reda, meninggalkan pesan yang belum selesai dibaca.
Hujan datang dengan intensitas yang aneh. Angin berhembus bukan lagi lembut, tapi merobek, meruntuhkan, membabi buta.
Pohon-pohon besar tumbang. Bukan hanya batangnya… tapi seakar-akarnya. Dan itu bukan hal biasa.
Orang bilang, “Itu angin kencang…, biasa.”
“Tahun ini memang musimnya. dan ada Bibit badai siklon”
Tapi… apa iya?
Apakah semua ini benar-benar biasa?
Atau… kita terlalu terbiasa menerima yang tak wajar, tanpa bertanya?
Karena bumi tidak pernah bicara seperti ini…
kecuali ada yang memaksanya.
Ia tidak mengamuk tanpa sebab. Ia hanya menyesuaikan diri…
atau melawan sesuatu yang menindas frekuensinya.
Dan mungkin, apa yang kita lihat hari-hari ini bukan lagi cuaca alami, tapi cuaca yang dipaksa Dipaksa oleh tangan-tangan tak kasat mata, yang mengendalikan sistem, langit, dan bahkan… persepsi kita.
Di antara kejanggalan itu,beberapa tempat sakral dan suci roboh diterpa angin.
Bangunan yang biasanya berdiri tegak sebagai penjaga keselarasan…kini berguguran.
Bagi sebagian orang, itu hanya kerusakan fisik.
Tapi bagi jiwa yang peka,itu adalah pesan yang sedang dikirimkan lewat runtuhnya simbol kesucian.
Tempat suci dan sakral bukan sekadar tempat sembahyang/semedi
Ia adalah simpul energi, penjaga batas antara dunia.
Ketika ia runtuh, yang roboh bukan hanya batu dan kayu…
tapi resonansi sunyi di sekitarnya seolah terguncang oleh gelombang yang datang tanpa nama.
Kadang, yang mengguncang harmoni bukan berasal dari dalam lingkaran kesucian… melainkan dari gelombang luar yang tak sadar sedang membawa nada yang berbeda.
Bukan salah siapa-siapa, hanya isyarat bahwa tidak semua yang hadir mampu selaras.
Karena saat bumi berbicara, jangan hanya membenahi fisik.
Tapi dengarkan…
Dan tanyakan dalam diam: Apakah kau cukup sadar untuk merasakan apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah kau sedang mendengar bumi… yang berbisik… atau sedang berteriak?
Oleh AstraJingga