Peringatan Potensi Kebencanaan Gempa Megathrust jika dikaji dari filsafat Jawa ‘Sendang Wening, Segoro Anakan, Dodo Segoro’ Dalam Berkepribadian di Kebudayaan

Oleh : KRMH Gagoek Kapoet Triana,SH (Ketua Dewan Pendiri INAKER)

KRMH. Gagoek Kapoet Triana, S.H.

monwnews.com– Malang,- Pesan ataupun peringatan atas Gempa Megatrush tetaplah ber Sendang Wening Segoro Anakan Dodo Segoro mengandung dimensi kultural dan spiritual yang mengedepankan keselarasan manusia / harmoni dengan alam serta siklus sebab akibat.

Filsafat Jawa secara umum mengajarkan harmoni antara manusia dan alam sebagai kunci ketahanan hidup.

Sendang Wening (mata air jernih), Segoro Anakan (lautan yang menjadi anakan/anak), dan Dodo Segoro (ketahanan dalam ombak laut) melambangkan unsur air dan laut yang kuat dalam kearifan lokal Jawa sebagai simbol kehidupan sekaligus kekuatan alam yang harus dihormati dan dijaga keseimbangannya.

Dalam konteks megathrust, yang merupakan gempa besar akibat pergerakan lempeng subduksi di laut yang dapat menyebabkan tsunami, filosofi ini mengingatkan pada pentingnya “lebur” atau peleburannya diri manusia beserta masyarakat terhadap alam agar tidak terjadi ketidakseimbangan yang berpotensi memicu bencana. Konsep ini sejalan dengan prinsip sebab akibat (karma) di mana bencana adalah akibat dari ketidakharmonisan antara manusia dan alam.

Sebagai peringatan potensi kebencanaan gempa megathrust, filosofi ini mendorong :
Kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan laut dan daratan agar tidak merusak keselarasan alami.
Kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana dengan sikap rendah hati terhadap alam.
Sikap etis dalam pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir agar meminimalisasi risiko bencana.

Peringatan kultural ini berfungsi sebagai pengingat bahwa ancaman gempa besar dan tsunami tidak hanya persoalan teknis tetapi juga menyangkut tata nilai dan hubungan manusia dengan alam yang harus terus dipelihara dalam harmoni, seperti tercermin pada filosofi Jawa di Sendang Wening, Segoro Anakan, dan Dodo Segoro.

Penjelasan lebih rinci juga dapat ditemukan dalam kajian tentang filosofi leluhur Jawa dan mitigasi bencana yang menggabungkan tradisi lokal dan pengetahuan modern.

Analisis filosofis Sendang Wening terkait mitigasi gempa mengacu pada kearifan lokal yang menempatkan keselarasan manusia dengan alam sebagai prinsip utama dalam menghadapi bencana gempa bumi. Filosofi ini mengajarkan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan, terutama air dan sumber kehidupan, yang tercermin dalam simbol Sendang Wening (mata air jernih) sebagai lambang kesucian dan keseimbangan.

Dalam praktik mitigasi, kearifan lokal yang berakar pada filosofi Sendang Wening tercermin dalam cara masyarakat membangun rumah dengan bahan alami seperti kayu dan bambu yang lebih tahan terhadap goncangan gempa.

Selain itu, tradisi dan budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun, seperti saling mengingatkan dan bekerja sama saat terjadi gempa, menjadi modal sosial penting dalam mengurangi risiko bencana.

Aspek komunikasi dan peringatan dini dalam filosofi ini juga kuat, misalnya melalui bentuk teriakan peringatan saat gempa terjadi yang mengajak masyarakat untuk segera menyelamatkan diri ke tempat yang aman seperti lapangan terbuka.

Kebangkitan Kesadaran kolektif dan selalu gotong royong, saling menggotong dan meroyong maupun peningkatan kesetiakawan sosial merupakan landasan etis yang menyatu sejak dahulu sebagai tempat restorasi kebencanaan dalam mitigasi termasuk gempa yang berkelanjutan.

Dengan demikian, filosofi Sendang Wening menegaskan mitigasi gempa bukan hanya soal teknis pembangunan fisik tetapi juga aspek sosial, budaya, dan etis yang membangun ketahanan masyarakat secara menyeluruh melalui harmoni dengan alam dan penguatan nilai-nilai solidaritas.

Adapun pesan moralnya adalah jabatan , keturunan dan serta harta benda hanya bentuk tanggungjawab serta hanya titipan , namun yang pertama dan utama janganlah kagetan dan cepat keheranan sahaja dikarenakan alam semesta juga kitab sucinya jua.

Jakarta,medio 12 Oktober 2025

#salamindonesiabekerja/INAKER#

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *