Perilaku sosok Penguasa Yang Berubah Menjadi Serakah dan Semena-mena

Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh : Galih Herry (Jurnalis media online/ Koordinator Malang Jurnalis/MaJu 57)
Sekretaris INAKER (Indonesia Bekerja) PC Malang Kota

monwnews.com – Malang,- Perilaku sosok penguasa yang berangkat dari rakyat jelata kemudian menjadi penguasa yang serakah dan semena – mena terhadap rakyatnya/virus kekuasaan meliputi ciri- ciri sebagai berikut :

Fase Awal
1. Populis: Memenangkan hati rakyat dengan janji-janji manis.
2. Menggunakan retorika yang memikat.
3. Menonjolkan kesederhanaan dan kesabaran.
4. Mengklaim sebagai “pilihan rakyat”.

Fase Transisi
1. Mulai mengisolasi diri dari kritik.
2. Mengumpulkan kekuasaan dan pengaruh.
3. Menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri.
4. Mengangkat orang-orang setia sebagai pejabat.
5. Memanfaatkan media untuk mempromosikan citra.

Fase Kekuasaan
1. Otoritarian: Menghambat kebebasan berbicara dan berpendapat.
2. Represif: Menghukum lawan politik dan aktivis.
3. Korup: Menggunakan kekuasaan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
4. Nepotisme: Mengangkat keluarga dan teman dekat ke posisi strategis.
5. Egois: Mengutamakan kepentingan pribadi atas mama kepentingan rakyat.

Fase Kebusukan
1. Paranoia: Menganggap lawan politik sebagai ancaman.
2. Kekerasan: Menggunakan kekerasan untuk menekan perlawanan.
3. Manipulasi: Menggunakan propaganda untuk mempengaruhi opini publik.
4. Penindasan: Menghambat hak-hak dasar rakyat.
5. Keterisolasi: Dapat menghambat hubungan dengan dunia luar.

Akibat
1. Kerusakan ekonomi dan sosial.
2. Kehilangan kepercayaan rakyat.
3. Konflik internal dan eksternal.
4. Kehancuran reputasi.
5. Risiko revolusi atau perubahan rezim.

Contoh historis:

1. Idi Amin (Uganda)
2. Mobutu Sese Seko (Zaire/Kongo)
3. Ferdinand Marcos (Filipina)

Petruk Dadi Ratu, tokoh dalam wayang, menggambarkan perubahan dari orang biasa menjadi penguasa yang serakah dan semena-mena. Contoh ini dapat menjadi peringatan bagi pemimpin untuk tidak terjebak dalam kekuasaan dan kepentingan pribadi.

Akibat virus kekuasaan,sehingga menjadi sosok yang kanibal politik,dan masih ambisi menjadi penguasa ,meski sudah tidak menjadi penguasa lagi,namun dibalik layar masih mampu mengendalikan baik langsung maupun tak langsung kepada penguasa yang baru,karena salah satunya adalah akibat masih kuatnya kroni-kroni/mantan anak buahnya.

Berikut adalah penguraian lebih detail tentang akibat virus kekuasaan dan sosok kanibal politik:

Karakteristik Sosok Kanibal Politik
1. Ambisi tak terbatas: Ingin mempertahankan kekuasaan dan pengaruh.
2. Manipulatif: Menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan.
3. Kekerasan politik: Menggunakan kekerasan melalui psikologi politik/hukum untuk menekan lawan.
4. Korupsi: Menggunakan kekuasaan untuk memperkaya diri.
5. Nepotisme: Mengangkat kroni dan keluarga ke posisi strategis.

Strategi Mengendalikan Kekuasaan
1. Jaringan bawah tanah: Menggunakan kroni dan mantan anak buah.
2. Pengaruh ekonomi: Mengontrol bisnis dan sumber daya.
3. Propaganda: Menggunakan media untuk mempengaruhi opini publik.
4. Klientelisme: Membuat jaringan dengan politisi dan pejabat.
5. Intimidasi: Menggunakan pengaruh kekuasaan aktif guna memberikan tekanan untuk mempertahankan pengaruh.

Maka akan terasa dampaknya pada Sistem Politik
1. Ketergantungan pada figur otoriter.
2. Perilaku Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3. Penghambatan demokrasi.
4. Konflik internal dan eksternal.
5. Kerusakan ekonomi dan sosial.

Contoh Kasus
1. Ferdinand Marcos (Filipina)
2. Suharto (Indonesia)
3. Mobutu Sese Seko (Zaire/Kongo)
4. Saddam Hussein (Irak)

Untuk itu diperlukan beberapa langkah Antisipasi dan Pencegahan yang kostruktif,yakni

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
2. Menguatkan lembaga demokrasi.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat.
4. Mengembangkan sistem check and balance.
5. Menghukum pelaku korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Tentu saja ada tantangannya,seperti

1. Menghadapi resistensi dari kroni dan mantan anak buah.
2. Mengatasi pengaruh propaganda.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Menghadapi tekanan internasional.
5. Mengembangkan sistem politik yang lebih demokratis.
Demikian penulis sampaikan diatas,jika ada kekurangannya dapat dijadikan evaluasi.

Sumber:

1. “The Dictator’s Handbook” oleh Bruce Bueno de Mesquita dan Alastair Smith.
2. “Kekuasaan dan Korupsi” oleh Transparency International.
3. “Politik dan Kekuasaan” oleh Max Weber.

Semoga tulisan ini membantu memahami fenomena kanibal politik dan virus kekuasaan.

Kota Malang,Medio 03 Januari 2025