Monwnews.com, Jakarta – Upaya mewujudkan ekonomi hijau yang berkeadilan kembali menjadi sorotan dalam webinar bertajuk “Transformasi Hijau: Strategi Mewujudkan Circular & Sharing Economy di Indonesia” yang digelar secara daring pada Sabtu, 25 Oktober 2025.
Kegiatan yang berlangsung selama dua jam, pukul 14.00–16.00 WIB, ini mempertemukan akademisi, praktisi, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Diskusi menghadirkan empat narasumber utama: Diky Firdaus, dosen senior Universitas Mercu Buana (UMB); Sulistyono, Direktur Utama PT Cometindo Mitra Inti; Junaedi, dosen senior Institut Pendidikan dan Teknologi Indonesia (IPTI); serta Lutfi Alhazami, Kepala Pusat MKCU dan MBKM Universitas Dian Nusantara (UNDIRA).
Webinar ini juga dipandu oleh MC Devi Aprianty dan moderator Dlan Primanita Oktasari, dengan partisipasi ratusan peserta dari kalangan akademisi, mahasiswa, dan pelaku usaha kecil menengah.
Transformasi Hijau Sebagai Wujud Pengabdian Masyarakat
Ketua Panitia, Maghfur, menjelaskan bahwa webinar ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat kelas doktoral angkatan 12 Universitas Mercu Buana (UMB). Kegiatan ini, kata dia, menjadi bentuk nyata kontribusi akademisi dalam memperluas wawasan publik tentang manajemen ekonomi berkelanjutan.
“Webinar Transformasi Ekonomi, Sharing and Circular Economy di Indonesia ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat kelas doktoral angkatan 12 Universitas Mercu Buana,” ujar Maghfur.
Maghfur menegaskan, seluruh narasumber yang dihadirkan merupakan sosok kompeten di bidangnya masing-masing. “Kita ingin memastikan peserta mendapatkan pandangan yang utuh dari perspektif akademik dan industri, agar transformasi hijau tidak berhenti pada konsep, tetapi bisa diwujudkan dalam tindakan nyata,” ujarnya.
Senada, Herlan Maulana SE. MT Bendaraha program Pengabdian Masyarakat kelas Doktoral Angkatan 12 Universitas Mercu Buana (UMB) berharap Webinar ini wawasan dari webinar ini, tetapi juga dapat mengaplikasikan
“Harapan kami, peserta tidak hanya mendapatkan wawasan dari Webinar Transformasi Ekonomi, Sharing and Circular Economy di Indonesia tetapi juga dapat mengaplikasikan dan menyebarkan kembali pengetahuan yang diperoleh, baik di lingkungan rumah, tempat kerja, maupun masyarakat sekitar,” tambahnya.
Dari Tren ke Kebutuhan: Urgensi Transformasi Hijau
Dalam pemaparannya, Diky Firdaus menegaskan bahwa transformasi hijau bukan sekadar slogan, melainkan keniscayaan yang harus diwujudkan dalam praktik bisnis dan kebijakan publik.
“Indonesia harus bergerak dari ekonomi linear menuju ekonomi sirkular yang menekankan efisiensi sumber daya dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Menurut Diky, konsep circular economy (ekonomi sirkular) dapat menjadi solusi konkret terhadap tantangan global seperti krisis energi, penumpukan limbah, dan perubahan iklim. Ia menilai, transformasi semacam itu membutuhkan dukungan regulasi yang kuat serta kemauan kolaboratif dari dunia pendidikan dan industri.
Pelaku Industri: Saatnya Dunia Usaha Beradaptasi
Sementara itu, Sulistyono, Direktur Utama PT Cometindo Mitra Inti, menyoroti peran dunia industri dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
“Perusahaan harus mulai mengubah cara pandang terhadap produksi dan konsumsi. Keberlanjutan bukan sekadar CSR, tapi harus menjadi bagian inti dari strategi bisnis,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa konsep sharing economy dapat menjadi pendekatan baru dalam mengoptimalkan efisiensi sumber daya antarindustri. Melalui model ini, pelaku usaha dapat saling berbagi aset, teknologi, atau jaringan untuk menekan biaya dan mengurangi dampak lingkungan.
Menurutnya, penerapan prinsip berbagi dan sirkularitas akan memperkuat daya saing perusahaan Indonesia di pasar global yang kini semakin sensitif terhadap isu keberlanjutan.
Empat Pilar Keberlanjutan: SDM, Pemasaran, Keuangan, dan Strategi
Diskusi dalam webinar tersebut berfokus pada empat pilar utama keberlanjutan: Sustainability Marketing, Sustainability Human Resource Management, Sustainability Finance, dan Sustainability Strategic Management.
Lutfi Alhazami, Kepala Pusat MKCU & MBKM UNDIRA, menekankan pentingnya keterlibatan dunia pendidikan dalam memperkuat keempat aspek tersebut.
“Perguruan tinggi harus menjadi laboratorium perubahan. Mahasiswa perlu dilatih tidak hanya berpikir efisien, tapi juga etis dan berorientasi pada keberlanjutan,” ujarnya.
Menurutnya, kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dapat menjadi wadah efektif untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam pembelajaran lintas disiplin.
Perubahan Budaya dan Tantangan Implementasi
Dari sisi akademis, Junaedi menyoroti bahwa tantangan utama dalam menerapkan ekonomi sirkular bukan pada teknologi, melainkan pada perubahan pola pikir.
“Kita masih terbiasa dengan budaya konsumtif dan sistem produksi yang boros. Padahal, keberlanjutan menuntut disiplin dan kesadaran kolektif,” ujarnya.
Ia menilai, agar transformasi hijau tidak berhenti pada tataran wacana, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. “Regulasi harus berpihak pada inovasi ramah lingkungan, dan dunia pendidikan harus terus memproduksi ide-ide baru yang aplikatif,” kata Junaedi.
Antusiasme Peserta dan Harapan ke Depan
Acara ini berlangsung dinamis, dengan banyak pertanyaan dari peserta terkait penerapan ekonomi hijau di sektor UMKM, pendidikan, dan industri kreatif. Sebagian peserta juga menyoroti perlunya dukungan kebijakan fiskal bagi pelaku usaha yang mulai beralih ke model bisnis berkelanjutan.
Dalam penutupan acara, moderator Dlan Primanita Oktasari menyampaikan apresiasi atas antusiasme para peserta yang dinilai mencerminkan meningkatnya kesadaran publik terhadap isu keberlanjutan.
“Transformasi hijau bukan lagi milik pemerintah atau korporasi besar saja, tapi sudah menjadi tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Dengan dukungan akademisi, pelaku industri, dan masyarakat, webinar ini diharapkan menjadi langkah nyata memperkuat gerakan menuju ekonomi hijau di Indonesia ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tetapi juga menyejahterakan dan berkelanjutan.
