Monwnews.com, Surabaya – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur terus berupaya menfasilitasi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menembus pasar global melalui sejumlah gebrakan strategis mulai hulu hingga hilir.
Kali ini, Kadin Jawa Timur telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PT Bawa Indonesia Global (BIG), salah satu lembaga yang didirikan oleh CEO Business Forum untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan ekonomi Indonesia melalui penguatan UMKM. Penandatangan kerjasama dilakukan Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto bersama Board of Advicer BIG, Yahya B. Soenarjo yang juga menjabat sebagai Founder and Chairman CEO Business Forum Indonesia di Graha Kadin Jatim.
Adik Dwi Putranto mengungkapkan, kerjasama yang terjalin ini adalah salah satu langkah Kadin Jatim untuk terus memberikan support kepada UMKM agar kian tumbuh dan berkembang. Terlebih BIG adalah sebuah lembaga yang memiliki jaringan kuat di pasar global.
“BIG memiliki jaringan luar negeri yang sangat kuat. Bahkan memiliki e-commerce, e-catalog yang peredarannya di luar negeri. Kadin Jatim menyambut baik, karena kerjasama ini yang sangat kami butuhkan. Saya sangat optimistis, melalui kerjasama dengan BIG, langkah UMKM Jatim menembus pasar global semakin mudah. Dan memang salah satu program kami adalah menjadikan UMKM kita mampu menguasai pasar ekspor,” ujar Adik Dwi Putranto dalam rilis Kadin yang diterima, Senin (20/2/2023).
Agar program bisa segera terealisasi, Kadin Jatim dan BIG juga mengajak sejumlah Asosiasi dan organisasi masyarakat, diantaranya Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Jatim serta Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jatim. “Kadin juga mengajak BIG untuk ikut membuka booth saat pameran Jatim Halal Fest 2023 yang akan kami gelar bulan depan untuk melakukan sosialisasi program,” ujarnya.
Kerjasama yang terjalin bertujuan merangkul secara inklusif semua organisasi yang berkepentingan ikut membangun perekonomian melalui pemberdayaan UMKM. “Dan salah satunya kami melihat, Jatim memiliki potensi yang sangat besar. Populasi UMKM di Jatim sangat besar. Kebetulan juga kami melihat bahwa Kadin Jatim adalah Kadin yang sangat aktif berperan dalam banyak hal, termasuk dalam pembinaan UMKM,” katanya.
Melalui kolaborasi ini, lanjutnya, PT BIG juga akan merangkul semua asosiasi di bawah Jatim, Apindo, Iwapi dan organisasi lain yang bisa bekerjasama dengan BIG, diantaranya Perhimpunan Indonesia Tionghoa, juga Gapmi, Hipmi sehingga kerjasama ini akan menjadi kerjasama inklusif yang konkrit.
“Kita juga ajak kalangan akademisi. Kami sudah menandatangani kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya, Universitas Ciputra untuk pendampingan UMKM. Sehingga nantinya kita dapat mengurasi, menyeleksi, melakukan pembinaan UMKM yang bagus untuk bisa dibawa ke penetrasi pasar secara luas. Bukan hanya di lokal Surabaya, Jatim dan Indonesia, tetapi juga pasar ekspor,” tegas Yahya.
Yang akan dilakukan di tahap awal adalah melakukan seleksi UMKM berdasarkan sektor dan kualitas produk yang dihasilkan. Setelah itu akam dilakukan mapping atau pemetaan berdasarkan kemampuan yang dimiliki atau kompetensinya.
“Untuk pendampingan, kami juga akan melibatkan Apindo UMKM Akademi untuk menjadi mitra pembinaan. Big akan melakukan mapping dan kurasi dengan mentor yang berpengalaman sesuai bidangnya masing-masing, misal bidang kuliner, kriya, fashion, sehingga dari mapping tersebut, kita bisa melakukan matching yang tepat, termasuk juga dalam menentukan sasaran pasar. ini pasarnya cocoknya seperti apa, kelas yang mana dan daerah mana,” terang Yahya panjang lebar.
Di hilir, BIG telah menyiapkan akses melalui kolaborasi bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsul Jenderal (Konjen), Indonesian Trade Promotion Centre, diaspora yang tersebar di berbagai negara. “Dan BIG sendiri akan membuka kantor di Amerika serikat untuk menadi akses kita, plus dengan perusahaan milik investor Indonesia yang ada di luara negeri, seperti di Australia, Kanada, Timteng. Kami juga akan mengajak para importir disana untuk mengenalkan produk Indonesia,” katanya.
Menurut Yahya, kolaborasi pentahelix yang inklusif akan mempercepat bergulirnya program yang direncanakan. “Yang paling penting juga adalah dukungan Pemrov Jatim atas gerakan ini karena ini kita adopsi kolaborasi pentahelix yang meliputi akademisi, bisnis atau pengusaha termasuk yang akan jadi mentor, government, pemerintah, pemrov dan pemkab serta pemkot. Selanjutnya media akan ikut mensosialisasikan manfaat dari program ini kepada seluruh masyarakat, khususnya UMKM. kalau UMKM kuat, maka Indonesia bisa mengakselerasi penguatan ekonomi menuju Indonesia emas 2045,” ungkapnya.
Sampai saat ini, bersama CEO Busniss Forum Indonesia, Rumah Kolaborasi Bersama, sudah ada 1.000 UMKM yang telah terfasilitasi. UMKM tersebut berasal dari berbagai daerah. “Mayoritas pulau Jawa, Sulawesi, Medan, Lampung dan Jawa. Tetapi Jawa disini lebih khusus Jakarta, Jawa barat dan Jateng. Sementara Jatim masih belum ada. “Kami melihat Jatim memiliki potensi besar dan Surabaya menjadi pintu masuk Indonesia Timur. Pelabuhannya juga menjadi trading hub,” tandasnya. (kj)